ANALISAPUBLIK.COM – Aktivitas di ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) Gunung Bromo
mengalami peningkatan pada Sabtu (4/2). Teramati sinar api pada Jumat (3/2), namun statusnya masih pada level II atau waspada.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi PVMBG menyebutkan, terjadi peningkatan aktivitas kawah Gunung Bromo berupa teramatinya sinar api dari dalam kawah berdasar pengamatan visual pada 3 Februari pukul 21.14 WIB.

”Kami mendapat tembusan laporan terkait dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo,” kata Supervisor Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana BPBD Probolinggo Aries Setyawan seperti dilansir dari Antara di Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (4/2).

Aktivitas kawah Gunung Bromo menurut dia, dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
”Aroma kuat dari bibir kawah dan terdengar suara gemuruh. Asap kawah dalam 1 minggu terakhir teramati berwarna putih tipis hingga tebal dengan ketinggian 50-900 meter dari puncak,” tutur Aries Setyawan.
Gunung Bromo Sendiri Vegetasi pada dinding kaldera sebelah timur berwarna kuning dan mengering akibat paparan asap kawah Gunung Bromo di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, dan Malang. Pengamatan kegempaan menunjukkan masih terekamnya tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1 mm (dominan 0,5 mm) yang disertai pula terekamnya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal.
Proses tersebut menunjukkan adanya fluktuasi tekanan di dalam tubuh Gunung Bromo yang disertai oleh aliran fluida ke permukaan,” ujar Aries Setyawan.
Aries menjelaskan, potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi freatik ataupun magmatik dengan sebaran material erupsi berupa abu dan lontaran batu (pijar) yang dapat mencapai radius 1 km dari pusat kawah, serta keluarnya gas-gas berbahaya bagi kehidupan.
Hasil evaluasi berdasarkan secara menyeluruh, tingkat aktivitas Gunung Bromo pada 4 Februari pukul 08.00 WIB masih pada level II (waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahayanya. ”Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengujung/wisatawan/pendaki tidak memasuki areal kawah dalam radius 1 km dari kawah aktif,” terang Aries Setyawan.
Masyarakat di sekitar Gunung Bromo, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului gejala-gejala vulkanik yang jelas.
”Kami akan selalu berkoordinasi dengan petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura terkait dengan perkembangan aktivitas Gunung Bromo,” papar Aries Setyawan.
Gunung Bromo Karakter erupsinya berupa erupsi eksplosif dan efusif dari kawah pusat. Erupsi tersebut mengeluarkan abu, pasir, lapilli, dan terkadang melontarkan lava pijar dan bom vulkanik. Erupsi terakhir terjadi pada bulan Juli 2019 berupa erupsi freatik yang tanpa didahului oleh peningkatan kegempaan yang signifikan.
Lamongan
Editor : Nur/Hakim
Publisher : APBP JATIM